Siksaan,
Phobia, dan Kekalutan Mental Pada Manusia
Sebagai
manusia, siksaan, phobia, dan
kekalutan mental adalah rasa dimana adanya tekanan batin yang dilalami oleh
seseorang. Tekanan yang tidak dapat dilepaskan, menyebabkan seseorang tidak bisa melakukan apa - apa
hingga pikiran ini menumpuk dan membuat seseorang tersebut mengalami stress,
depresi, atau bahkan sampai bunuh diri, karna penderitaan yang ditanggungnya
begitu berat. Tapi
selalu ingat saja bahwa Tuhan tidak akan memberikan rasa keterpurukan tanpa
rasa kebangkitan yang sangat dalam dibaliknya.
A. SIKSAAN
Siksaan merupakan suatu penderitaan yang
diterima oleh seseorang. Penderitaan itu sendiri berbentuk penganiayaan.
Seseorang mengalami penganiyaan yang membuatnya mendapat siksaan dan merasa
tersiksa. Kenyamanan tentu saja tidak dapat oleh seseorang yang mengalami
siksaan tersebut. Dengan siksaan yang didapat oleh seseorang, pastilah akan
membuat orang itu mendapat luka baik luka fisik maupun luka hati atau yang
lebih terkenal dengan nama ‘sakit hati’.
Bahkan tidak hanya luka yang didapat oleh
orang yang disiksa. akan tetapi juga tidak sedikit dendam yang timbul dari
orang yang disiksa tersebut terhadap orang yang menyiksanya. Oleh karena itu
mestinya tak ada lagi orang yang semena-mena menyiksa orang lain agar tak
timbul lagi suatu dendam. Yaitu dengan membuat peraturan atau hukum yang sudah
ada seprti sekarang ini.
Sumber :
Contoh Kasus :
Biarkan Anak Dianiaya Kekasih,
Ibu Muda Terancam 15 Tahun Penjara
Haryudi
Jum'at,
19 Oktober 2018, 20:05 WIB
BOGOR - Kasus tewasnya BI (2), balita yang
tewas di tangan kekasih ibunya memasuki babak baru. Setelah menahan Gian
Navarra Gunawan alias Dion (28), sebagai tersangka kasus penganiayaan dan
pembunuhan anak di bawah umur, kini giliran DS (26), ibu kandung korban
berstatus serupa.
Kecanduan Gim Ditetapkan WHO Sebagai Bentuk Gangguan
Mental
Giovani Dio
Prasasti
Penyidik Unit Perlindungan Perempuan dan Anak
(PPA) Satuan Reserse dan Kriminal Polresta Bogor Kota menetapkan DS sebagai
tersangka karena diduga ikut terlibat dalam kasus meninggalnya
BI. Penetapan ibu kandung korban menjadi tersangka berdasarkan hasil
penyidikan, di mana ibu korban diduga mengetahui dan membiarkan peristiwa
penganiayaan yang dilakukan kekasih gelapnya.
"Semua pelaku sudah ditahan, iya termasuk ibunya karena sudah jadi tersangka juga. Saat ini mereka ditahan untuk melengkapi berkas berita acara pemeriksaan (kasus penganiayaan hingga menewaskan balita)," kata Kepala Satreskrim Polresta Bogor Kota Kompol Agah Sonjaya di Bogor, Jumat (19/10/2018).
"Semua pelaku sudah ditahan, iya termasuk ibunya karena sudah jadi tersangka juga. Saat ini mereka ditahan untuk melengkapi berkas berita acara pemeriksaan (kasus penganiayaan hingga menewaskan balita)," kata Kepala Satreskrim Polresta Bogor Kota Kompol Agah Sonjaya di Bogor, Jumat (19/10/2018).
Menurutnya,
dari hasil pemeriksaan sementara, ibu kandung korban berdalih kekerasan hingga
menyebabkan anak kandungnya tewas serupa dengan kekasihnya yakni semata-mata
untuk mendidik anak. "Mereka terancam hukuman kurungan 15 tahun
penjara," katanya.
Diberitakan sebelumnya, BI dianiaya hingga tewas di sebuah indekos di RT4/15, Kelurahan Bantarjati, Bogor Utara, Kota Bogor, Selasa 16 Oktober 2018. Aksi penyiksaan terhadap balita B itu dilakukan Dion sejak satu bulan terakhir. Kasus ini terungkap bermula saat ibu korban, DS membawa anaknya ke Rumah Sakit Azra usai tak sadarkan diri akibat penganiayaan yang dilakukan Dion.
Diberitakan sebelumnya, BI dianiaya hingga tewas di sebuah indekos di RT4/15, Kelurahan Bantarjati, Bogor Utara, Kota Bogor, Selasa 16 Oktober 2018. Aksi penyiksaan terhadap balita B itu dilakukan Dion sejak satu bulan terakhir. Kasus ini terungkap bermula saat ibu korban, DS membawa anaknya ke Rumah Sakit Azra usai tak sadarkan diri akibat penganiayaan yang dilakukan Dion.
Sumber :
metro.sindonews.com
Saran :
Saran saya, jangan menggunakan kekerasan dalam mendidik anak ataupun untuk menghukum anak jikalau pun anaknya berbuat salah ataupun tidak semestinya. Bisa menggunakan nasihat ataupun dengan cara menegur, tapi tetap tegas untuk membuat anak paham dan mengerti akan kesalahannya. Untuk pihak yang berwajib, usut tuntas kasus ini untuk menyelesaikannya dengan seadil mungkin supaya kasus ini tidak terulang lagi kedepannya. Untuk para ibu, karena menjadi ibu adalah tanggung jawab yang sangat besar dan suatu amanah yang sangat mulia di sisi Tuhan, maka hendaknya para ibu menjalankan perannya dengan sebaik mungkin, karena seharusnya sosok seorang ibu adalah sosok yang memberikan rasa nyaman untuk anaknya.
metro.sindonews.com
Saran :
Saran saya, jangan menggunakan kekerasan dalam mendidik anak ataupun untuk menghukum anak jikalau pun anaknya berbuat salah ataupun tidak semestinya. Bisa menggunakan nasihat ataupun dengan cara menegur, tapi tetap tegas untuk membuat anak paham dan mengerti akan kesalahannya. Untuk pihak yang berwajib, usut tuntas kasus ini untuk menyelesaikannya dengan seadil mungkin supaya kasus ini tidak terulang lagi kedepannya. Untuk para ibu, karena menjadi ibu adalah tanggung jawab yang sangat besar dan suatu amanah yang sangat mulia di sisi Tuhan, maka hendaknya para ibu menjalankan perannya dengan sebaik mungkin, karena seharusnya sosok seorang ibu adalah sosok yang memberikan rasa nyaman untuk anaknya.
B. PHOBIA (FOBIA)
Phobia atau fobia adalah perasaan takut
berlebihan dan tidak masuk akal terhadap suatu objek maupun situasi yang
sebenarnya tidak menimbulkan bahaya. Tidak seperti rasa takut
pada umumnya, phobia biasanya berkaitan dengan satu hal yang spesifik.
Jika
Anda memiliki fobia, anda mungkin menyadari bahwa ketakutan anda tidak masuk
akal, namun anda tetap tidak bisa mengendalikan perasaan tersebut. Bahkan,
hanya dengan memikirkan objek atau situasi yang ditakuti bisa membuat Anda
cemas berlebihan.
Fobia di bagi menjadi 2 jenis, yaitu : Fobia Sosial dan Fobia Spesifik.
Fobia sosial dikenal
juga sebagai gangguan anxietas sosial, fobia sosial adalah ketakutan akan
diamati dan dipermalukan di depan publik. Sedangkan Fobia spesifik adalah
ketakutan yang tidak rasional akan objek atau situasi tertentu.
Sumber :
Contoh Kasus :
Tokophobia, Fobia yang Membuat Wanita Takut Melahirkan
Adnandika Pangestu
Sabtu, 10 Nov 2018, 14:00 WIB
Sabtu, 10 Nov 2018, 14:00 WIB
Jika
Anda hamil, wajar jika khawatir mengenai proses
melahirkan. Belum lagi ketika mendengar banyak cerita kurang sedap dari
ibu-ibu yang mungkin sudah melewati masa-masa ini lebih dari satu
kali. Terlebih jika ibu hamil tersebut mengidap tokophobia, kondisi
psikologis yang melibatkan rasa takut yang melumpuhkan untuk melahirkan.
Pada 2016, ada sebuah studi dari University of Michigan yang mengeksplorasi rasa takut melahirkan dalam kelompok fokus umur 22 tahun. Para responden dalam penelitian tersebut menyatakan ketakutan tentang komplikasi selama kelahiran, sesuatu yang terjadi pada bayi, dan rasa sakit yang terkait dengan persalinan. Mereka juga takut dokter dan sistem perawatan ibu pada umumnya, termasuk keputusan yang dibuat untuk mereka atau sebagian yang didorong pada mereka (satu alasan beberapa wanita dapat memilih homebirth).
Perasaan-perasaan ini bukanlah sesuatu yang harus disisihkan. Wanita yang memiliki ketakutan ini lebih cenderung memiliki komplikasi kebidanan, kata penulis penelitian. Satu masalah yang diangkat oleh para wanita dalam penelitian ini adalah bahwa penunjukan begitu singkat, mereka tidak punya waktu untuk mengungkapkan ketakutan mereka. Jadi, tidak ada kesempatan bagi mereka untuk diselesaikan.
“Secara umum, dokter belum mudah mendeteksi tokophobia karena mereka tidak terlatih untuk mengidentifikasinya. Untungnya, hari ini ada kesadaran yang lebih besar dari masalah kesehatan mental, termasuk kecemasan dan depresi,” kata Amy Wenzel, PhD, seorang psikolog klinis dan penulis Terapi Perilaku Kognitif untuk Perinatal Distress, seperti dikutip dari Health pada Sabtu, 10 November 2018.
“Sangat normal dan sangat umum bagi wanita untuk merasa gugup saat melahirkan. Dalam penelitian dan pengalaman klinis saya, kebanyakan orang agak gugup saat melahirkan, terutama jika mereka belum pernah melakukan itu sebelumnya,” katanya menambahkan.
Biasanya, tokophobia disebabkan oleh beberapa jenis pengalaman mengganggu seputar kehamilan. Diperkirakan ada dua jenis ketakutakn. Tokofobia primer adalah hasil melihat gambar yang mengganggu kelahiran atau menyaksikan orang lain melahirkan; seorang wanita dengan tokophobia utama tidak pernah melahirkan seorang diri. Tokofobia primer kadang-kadang juga merupakan hasil dari kekerasan seksual atau gangguan kecemasan. Tokofobia sekunder terjadi ketika seorang wanita mengembangkan rasa takut akan persalinan setelah mengalami pengalaman melahirkan yang membuat trauma.
Alexia Leachman (44), tahu semua ini dengan baik. Sementara banyak wanita bersukacita setelah mendapatkan hasil positif pada tes kehamilan di rumah, “Saya merasa seolah-olah saya ditendang di perut. Hari-hari dan minggu-minggu berikutnya, saya dibungkus dalam kegelapan dan ketakutan, ”katanya. Pada awal kehamilan, dia mengalami keguguran. “Saya merasa lega dan tahu bahwa itu tidak normal,” kata Leachman.
Saat itulah dia melakukan banyak pekerjaan internal untuk mencari tahu apa yang dia takutkan, yaitu rasa sakit. Mengetahui dia bisa menjalani operasi caesar, dia akhirnya belajar teknik yang disebut hypnobirth, sesuatu yang akan membantunya tetap tenang di seluruh kontraksi untuk mengurangi rasa sakit. Pada akhir kehamilannya, dia mengatakan dia adalah salah satu wanita hamil yang paling tenang.
Tidak lama kemudian Leachman menyadari bahwa kegelisahannya yang mendalam seputar kelahiran adalah tokofobia. Leachman membuka situs Inggris Fear Free Childbirth dengan harapan berbagi perjuangannya dan membantu wanita yang ingin berkeluarga untuk mengatasi rasa takut yang menghalangi mereka. Hari ini, dia memiliki dua anak perempuan, yang berusia 8 dan 14 tahun.
Sumber :
liputan6.com
Pada 2016, ada sebuah studi dari University of Michigan yang mengeksplorasi rasa takut melahirkan dalam kelompok fokus umur 22 tahun. Para responden dalam penelitian tersebut menyatakan ketakutan tentang komplikasi selama kelahiran, sesuatu yang terjadi pada bayi, dan rasa sakit yang terkait dengan persalinan. Mereka juga takut dokter dan sistem perawatan ibu pada umumnya, termasuk keputusan yang dibuat untuk mereka atau sebagian yang didorong pada mereka (satu alasan beberapa wanita dapat memilih homebirth).
Perasaan-perasaan ini bukanlah sesuatu yang harus disisihkan. Wanita yang memiliki ketakutan ini lebih cenderung memiliki komplikasi kebidanan, kata penulis penelitian. Satu masalah yang diangkat oleh para wanita dalam penelitian ini adalah bahwa penunjukan begitu singkat, mereka tidak punya waktu untuk mengungkapkan ketakutan mereka. Jadi, tidak ada kesempatan bagi mereka untuk diselesaikan.
“Secara umum, dokter belum mudah mendeteksi tokophobia karena mereka tidak terlatih untuk mengidentifikasinya. Untungnya, hari ini ada kesadaran yang lebih besar dari masalah kesehatan mental, termasuk kecemasan dan depresi,” kata Amy Wenzel, PhD, seorang psikolog klinis dan penulis Terapi Perilaku Kognitif untuk Perinatal Distress, seperti dikutip dari Health pada Sabtu, 10 November 2018.
“Sangat normal dan sangat umum bagi wanita untuk merasa gugup saat melahirkan. Dalam penelitian dan pengalaman klinis saya, kebanyakan orang agak gugup saat melahirkan, terutama jika mereka belum pernah melakukan itu sebelumnya,” katanya menambahkan.
Biasanya, tokophobia disebabkan oleh beberapa jenis pengalaman mengganggu seputar kehamilan. Diperkirakan ada dua jenis ketakutakn. Tokofobia primer adalah hasil melihat gambar yang mengganggu kelahiran atau menyaksikan orang lain melahirkan; seorang wanita dengan tokophobia utama tidak pernah melahirkan seorang diri. Tokofobia primer kadang-kadang juga merupakan hasil dari kekerasan seksual atau gangguan kecemasan. Tokofobia sekunder terjadi ketika seorang wanita mengembangkan rasa takut akan persalinan setelah mengalami pengalaman melahirkan yang membuat trauma.
Alexia Leachman (44), tahu semua ini dengan baik. Sementara banyak wanita bersukacita setelah mendapatkan hasil positif pada tes kehamilan di rumah, “Saya merasa seolah-olah saya ditendang di perut. Hari-hari dan minggu-minggu berikutnya, saya dibungkus dalam kegelapan dan ketakutan, ”katanya. Pada awal kehamilan, dia mengalami keguguran. “Saya merasa lega dan tahu bahwa itu tidak normal,” kata Leachman.
Saat itulah dia melakukan banyak pekerjaan internal untuk mencari tahu apa yang dia takutkan, yaitu rasa sakit. Mengetahui dia bisa menjalani operasi caesar, dia akhirnya belajar teknik yang disebut hypnobirth, sesuatu yang akan membantunya tetap tenang di seluruh kontraksi untuk mengurangi rasa sakit. Pada akhir kehamilannya, dia mengatakan dia adalah salah satu wanita hamil yang paling tenang.
Tidak lama kemudian Leachman menyadari bahwa kegelisahannya yang mendalam seputar kelahiran adalah tokofobia. Leachman membuka situs Inggris Fear Free Childbirth dengan harapan berbagi perjuangannya dan membantu wanita yang ingin berkeluarga untuk mengatasi rasa takut yang menghalangi mereka. Hari ini, dia memiliki dua anak perempuan, yang berusia 8 dan 14 tahun.
Sumber :
liputan6.com
Saran :
Saran saya untuk orang yang mengidap phobia ini
yaitu, pertama untuk lingkungan, contoh adalah keluarga dan teman, kita sebagai seorang manusia jika kita
mendapati keluarga atau teman kita memiliki
phobia ini jangan kita memperolok dia, tapi justru kita
harus memberikan semangat kepadanya supaya dia bisa
sembuh dari phobia yang dia miliki. Dan yang kedua untuk pengidap phobia ini,
saran saya adalah cobalah bergaul dengan sesama dan cari orang yang anda
percayakan dan sekiranya membuat anda merasa aman dan nyaman agar anda merasa lebih baik,
karena sesuatu yang kita takutkan belum tentu berbahaya bagi kita dan juga orang lain.
C. KEKALUTAN MENTAL
Kekalutan
mental adalah sebuah penyakit kejiwaan yang
akut, terbatas pada waktu tertentu, dan muncul dalam bentuk depresi yang dipicu
oleh stres, kecemasan, atau disosiasi dalam diri seseorang yang sebelumnya belum mengalami
gangguan.
Kekalutan mental juga merupakan suatu
keadaan dimana jiwa seseorang mengalami kekacauan dan kebingungan dalam dirinya
sehingga ia merasa tidak berdaya. Saat mendapat kekalutan mental berarti
seseorang tersebut sedang mengalami kejatuhan mental dan tidak tahu apa yang
mesti dilakukan oleh orang tersebut. Dengan mental yang jatuh tersebut tak
jarang membuat orang yang mengalami kejatuhan mental menjadi tak waras lagi
atau gila.
Sumber :
Contoh Kasus :
Kecanduan Gim Ditetapkan WHO Sebagai Bentuk Gangguan
Mental
Giovani Dio
Prasasti
Kamis,
21 Juni 2018, 10:31 WIB
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan bahwa kecanduan gim merupakan gangguan
pada kesehatan mental di dalam klasifikasi penyakit terbaru mereka. Mengutip Times of
India pada Kamis (21/6/2018), organisasi tersebut menggambarkan
kecanduan sebagai "pola perilaku permainan yang terus menerus atau
berulang" yang menjadi begitu luas sehingga mendahulukan hal tersebut
daripada kepentingan hidup lainnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan bahwa kecanduan gim merupakan gangguan pada kesehatan mental di dalam klasifikasi penyakit terbaru mereka. Mengutip Times of India pada Kamis (21/6/2018), organisasi tersebut menggambarkan kecanduan sebagai "pola perilaku permainan yang terus menerus atau berulang" yang menjadi begitu luas sehingga mendahulukan hal tersebut daripada kepentingan hidup lainnya.
Klasifikasi ini bertujuan untuk memperingatkan
para petugas kesehatan profesional terhadap adanya kondisi kecanduan gim ini. Mereka harus
memastikan bahwa orang yang menderita gangguan tersebut bisa mendapatkan
bantuan yang tepat. Kecanduan gim sendiri memiliki tiga
karakteristik utama.
"Salah satunya adalah ketika perilaku
bermain lebih diutamakan daripada kegiatan lain yang membuatnya
terpinggirkan," ujar Dr. Vladimir Poznyak dari Departemen Kesehatan Mental
dan Penyalahgunaan Zat WHO pada CNN, seperti dilansir dari New York
Post.
Selain itu, bermain gim bisa menjadi gangguan mental
apabila jika kondisi itu menyebabkan tekanan yang signifikan dan gangguan dalam
kehidupan pribadi, keluarga, sosial, pendidikan, atau pekerjaan. Kondisi tersebut juga bisa dikatakan sebagai
gangguan apabila mengganggu pola tidur, makan, dan juga kurangnya aktivitas
fisik. Sehingga, psikiater menekankan perlunya detoks secara digital sebagai
penyembuhannya. Pola
perilaku tersebut harus ada setidaknya 12 bulan sebelum secara resmi
dikategorikan sebagai gangguan.
"Ini tidak bisa dilihat dalam beberapa jam atau
hari," tambah Poznyak.
Menurut Dr. Sameer Malhotra, ahli kesehatan dan perilaku
di bidang kesehatan di Max Healthcare mengatakan, peningkatan waktu di depan
layar menyebabkan kurangnya interaksi manusia, hubungan emosional yang rendah
antara anak dan orang dewasa karena mereka terhubung ke dunia maya. Walaupun begitu, tidak semua ahli kesehatan
menyatakan bahwa terlalu banyak waktu di depan layar bisa dikategorikan sebagai
sebuah gangguan.
"Orang-orang
perlu memahami ini, tidak berarti setiap anak yang menghabiskan berjam-jam di
kamar mereka bermain gim adalah seorang pecandu, kalau begitu petugas medis
akan dibanjiri permintaan bantuan," ujar Dr. Joan Harvey, juru bicara dari
British Psychological Society.
American
Psychiatric Association juga belum mengakuinya sebagai masalah kesehatan
mental. Menurut mereka, kondisi tersebut masih membutuhkan lebih banyak
penelitian dan pengalaman klinis sebelum dimasukkan dalam panduannya sendiri. Kecanduan gim sendiri secara resmi
ditambahkan dalam revisi ke 11 dari pedoman International
Classification of Diseases WHO yang diterbitkan hari Senin. ICD digunakan oleh dokter dan petugas
kesehatan profesional sebagai standar diagnostik dan beberapa perusahaan
asuransi.
Sumber :
Saran :
Menurut saya
kekalutan mental wajar terjadi pada setiap orang. Dan setiap orang pasti
memiliki masalahnya masing-masing. Menurut saya masalah harus di hadapi bukan
di hindari, karna jika di hindari dan kabur dari masalah, itu hanya akan
menambah dan memperburuk keadaan. Untuk para
pengidap kekalutan mental memang tidak mudah,
tapi tidak ada salahnya untuk menumpahkan beban yang ada didalam hati kalian
supaya tidak terlalu berat untuk kalian. Ingat kalian tidak sendiri masih
banyak yang peduli dengan kalian. Kekalutan mental ini bisa di atasi
dengan cara melakukan kegiatan positif dan juga menyenangkan, agar pikiran kita
bisa lebih rileks dan dapat berfikir dengan bijak untuk mengambil sebuah
keputusan dalam melewati suatu masalah yang sedang di hadapi.
Kesimpulan :
Pada hakekatnya semu rasa siksaan, phobia, dan kekalutan mental dengan manusia itu berdampingan bahkan penderitaan itu
selalu ada pada setiap manusia karena penderitaan merupakain rangkaian dari
kehidupan. Setiap orang pasti pernah mengalami siksaan, phobia, ataupun kekalutan
mental.
Semua hal itu dapat teratasi
tergantung bagaiamana seseorang menyikapi hal tersebut.
Banyak hikmah dan pelajaran yangdapat diambil dari siksaan,
phobia, dan kekalutan mental. Tidak semua yang dialami oleh seseorang membawa
pengaruh buruk bagi orang yang mengalaminya. Melainkan dengan penderitaan kita
dapat mengetahui kesalahan apa yang telah kita perbuat atau sebagai media untuk menginstropeksi diri. Karena
siksaan, phobia, dan kekalutan mental tidak akan muncul jika tidak ada penyebabnya.
Agar manusia tidak mengalami siksaan, phobia, dan kekalutan mental yang berat. untuk itu manusia harus bisa menjaga sikap dan perilaku baik
kepada sesama manusia, alam sekitar, maupun kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan kita
menjaga sikap dan perilaku antar sesama manusia, alam sekitar, dan Tuhan Yang Maha
Esa, kita akan hidup dengan nyaman dan tentram tidak ada gangguan dari
siapapun. Selain itu kita harus yakin dan percaya bahwa Tuhan tidak akan
memberikan cobaan diluar batas kemampuan umatnya.
Sumber :
wordpress.com
Sumber :
wordpress.com
=== SELESAI ===
Tidak ada komentar:
Posting Komentar